Siapa yang panik atau uring-uringan kala stress? Rasa stress benar-benar bisa menyerang siapa saja tanpa batasan umur, baik orang dewasa, anak-anak bahkan bayi. Ya, bayi bisa stress dan kalian akan melihatnya dari rengekan dan tangisan yang tiada henti. Jika kita tidak mengelola stress dengan baik, hasilnya bisa menjadi bom waktu yang DUARRR! meletus dan melukai orang lain.
Di masa pandemi dan PPKM yang multilevel ini masyarakat harus bisa berdamai dengan stress yang cukup besar. Pembatasa aktivitas hingga akses untuk meredakan stress terbatas. Lantas bagaimana menghadapinya? Salah satu konsep budaya dari Denmark ini bisa diterapkan, yuk kenalan dulu!
Pyt merupakan konsep budaya yang padanan katanya dalam bahasa Indonesia cukup sulit didapat. Mungkin bisa diterjemahkan sebagai pengelolaan stress dengan penerimaan. Penerimaan disini bahwa mereka menganggap stress sebagai bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari dan wajar terjadi.
Pyt juga bisa diterjemahkan menjadi kata-kata yang artinya kurang lebih seperti tidak masalah,bukan apa-apa, tidak apa-apa,dan lain sebagainya. Kata ini tidak hanya membuat kita merasa nyaman dengankondisi stress yang dialami, tetapi juga memberikan pengaruh pada lawan bicara.
"aduh stress, PPKM naik lagi levelnya!"kata si A, "It's ok. Namanya juga hidup pasti ada stressnya." Lanjut si A. Kurang lebih konsep Pyt terlihat seperti itu. Jika mendengar kalimat tersebut otomatis merasa hal ini wajar atau stress ini wajar. Perasaan ini jadi membuat pendengar ataupun yang mengucapkan merasa stress semakin berat.
Nyatanya dibalik semua penggunaan kata Pyt ada makna tersembunyi darinya. Manusia belajar untuk menerima kekurangan dalam hidup dan tidak terlalu mengejar kesempurnaan. Hal itu berdampak besar pada kondisi psikologis dan kehidupan warga di sana.
Sejak kecil anak-anak diajarkan untuk mampu mengelola stress agar mereka kuat secara mental ketika mereka dewasa. Pendidikan di sekolah pun tidak terbatas pada pentingnya nilai dalam akademik tetapi juga tempat untuk melatih mental agar mereka tumbuh jadi pribadi yang resilient.
Pyt bukanlah hanya kata tetapi juga gaya hidup. Istilah ini dapat digambarkan sebagai tombol reset dalam kehidupan. Orang yang sedang mengalami stress sering mengatakan "pyt pyt pyt" menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Mereka berusaha untuk tidak mengontrol segala hal yang ada di luar kendalinya.
Walau mereka memiliki prinsip untuk berjalan sesuai dengan apa yang bisa dikendalikan. Mereka tetap memiliki batasan untuk memberitahu ada yang salah dari perilaku seseorang. Pyt dalam kamus warga Denmark tidak digunakn untuk mentolerir kesalahan yang sengaka dilakukan atau tindakan yang sudah lewat batasan moral.
Adakah yang sudah belajar untuk melepaskan atau malah sudah kelewat perfeksionis?